Penyembuhan penyakit parkinson masih sulit dilakukan. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana memperbaiki kualitas hidup penderita parkinson. Gerakan yang tidak terkontrol bisa dikurangi dengan terapi musik yang rileks.
Bermain maupun mendengarkan musik bisa membantu memperbaiki kualitas hidup penyandang parkinson. Tapi tidak semua jenis musik bisa digunakan, sebab beberapa di antaranya justru menyebabkan stres.
Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan adanya tremor (gerakan tidak terkontrol) pada pergerakan dan kekakuan otot. Dalam kasus tertentu penyakit ini disebabkan oleh toksin, kepala terluka dan obat-obatan.
Dalam perbincangan disela-sela peringatan Hari Parkinson sedunia 2010 di Jakarta (2/5/2010), Dr. Rocksy Fransisca, Sp.S. menyampaikan bahwa musik memiliki 3 efek pada penyandang parkinson.
Pertama, musik membantu gerakan. Musik-musik dengan ritme tertentu berfungsi seperti cetakan gerak.
"Kita bisa mencobanya dengan metronome yang biasa digunakan anak-anak untuk belajar piano. Adanya panduan ritme akan sangat membantu gerakan," ujar Dr. Rocksy yang sehari-hari bertugas di RS Siloam.
Kedua, musik berfungsi untuk menenangkan. Gangguan tidur banyak dialami oleh penderita parkinson sebagai dampak menurunnya produksi dopamin. Musik yang lembut dan pelan membantu penyandang parkinson untuk rileks.
Ketiga, musik bisa membangkitkan kenangan masa lalu. Ketika masih muda, umumnya seseorang punya musik favorit. Ketika diperdengarkan kembali, musik tersebut akan merangsang otak untuk memanggil kembali kenangan lama.
Selain 3 fungsi di atas, Dr. Rocksy juga menambahkan fungsi sosial. Musik seperti angklung tidak bisa dimainkan sendirian karena butuh kerja sama. Interaksi dengan sesama penyandang parkinson akan menghilangkan rasa kesepian yang sering memperburuk keadaan.
Meski demikian tidak semua jenis musik bisa dipakai untuk terapi penyakit parkinson. Musik yang tidak memiliki ritme yang jelas, justru membuat penyandang parkinson mengalami stres.
"Salah satunya adalah musik rock, sebab jenis musik tersebut tidak memiliki birama yang jelas. Yang seperti itu tidak cocok untuk penyandang parkinson, salah-salah malah bikin stres," kata Dr. Rocksy.
Meski tidak ada data resmi, Dr. Rocksy mengaku sering mendengar testimoni bahwa musik cukup efektif bagi penyandang parkinson. Pasien tersebut menjadi tidak tergantung lagi pada obat-obatan.
Bagaimanapun, sampai saat ini musik masih digolongkan sebagai terapi suportif (pendukung) dalam menangani penyakit parkinson. Musik juga tidak bisa mencegah risiko terkena parkinson.
"Kebiasaan bermain musik tidak menurunkan risiko. Contohnya, presenter sekaligus musisi Ebet Kadarusman. Dia bermain musik, tetapi tetap saja kena parkinson," tambah Dr. Rocksy.
Bermain maupun mendengarkan musik bisa membantu memperbaiki kualitas hidup penyandang parkinson. Tapi tidak semua jenis musik bisa digunakan, sebab beberapa di antaranya justru menyebabkan stres.
Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan adanya tremor (gerakan tidak terkontrol) pada pergerakan dan kekakuan otot. Dalam kasus tertentu penyakit ini disebabkan oleh toksin, kepala terluka dan obat-obatan.
Dalam perbincangan disela-sela peringatan Hari Parkinson sedunia 2010 di Jakarta (2/5/2010), Dr. Rocksy Fransisca, Sp.S. menyampaikan bahwa musik memiliki 3 efek pada penyandang parkinson.
Pertama, musik membantu gerakan. Musik-musik dengan ritme tertentu berfungsi seperti cetakan gerak.
"Kita bisa mencobanya dengan metronome yang biasa digunakan anak-anak untuk belajar piano. Adanya panduan ritme akan sangat membantu gerakan," ujar Dr. Rocksy yang sehari-hari bertugas di RS Siloam.
Kedua, musik berfungsi untuk menenangkan. Gangguan tidur banyak dialami oleh penderita parkinson sebagai dampak menurunnya produksi dopamin. Musik yang lembut dan pelan membantu penyandang parkinson untuk rileks.
Ketiga, musik bisa membangkitkan kenangan masa lalu. Ketika masih muda, umumnya seseorang punya musik favorit. Ketika diperdengarkan kembali, musik tersebut akan merangsang otak untuk memanggil kembali kenangan lama.
Selain 3 fungsi di atas, Dr. Rocksy juga menambahkan fungsi sosial. Musik seperti angklung tidak bisa dimainkan sendirian karena butuh kerja sama. Interaksi dengan sesama penyandang parkinson akan menghilangkan rasa kesepian yang sering memperburuk keadaan.
Meski demikian tidak semua jenis musik bisa dipakai untuk terapi penyakit parkinson. Musik yang tidak memiliki ritme yang jelas, justru membuat penyandang parkinson mengalami stres.
"Salah satunya adalah musik rock, sebab jenis musik tersebut tidak memiliki birama yang jelas. Yang seperti itu tidak cocok untuk penyandang parkinson, salah-salah malah bikin stres," kata Dr. Rocksy.
Meski tidak ada data resmi, Dr. Rocksy mengaku sering mendengar testimoni bahwa musik cukup efektif bagi penyandang parkinson. Pasien tersebut menjadi tidak tergantung lagi pada obat-obatan.
Bagaimanapun, sampai saat ini musik masih digolongkan sebagai terapi suportif (pendukung) dalam menangani penyakit parkinson. Musik juga tidak bisa mencegah risiko terkena parkinson.
"Kebiasaan bermain musik tidak menurunkan risiko. Contohnya, presenter sekaligus musisi Ebet Kadarusman. Dia bermain musik, tetapi tetap saja kena parkinson," tambah Dr. Rocksy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar